Tayangan Televisi Indonesia Lepas Kontrol part 1


credits to Boycott Sinetron

Entah mengapa, Indonesia bahkan tidak bisa belajar untuk meniru sistem pnyaringan siaran dari negara Asia di sekitarnya. Ambil contoh negara Cina, yang mayoritas masyarkatnya tak punya agama, masih memiliki sistem sensor yang lebih ketat daripada negara Indonesia yang mayoritas beragama.


Salah satu acara televisi yang buat saya miris adalah sinetron. Ya...Perkembangan sinetron di Indonesia berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan jumlah stasiun televisi. Di mana saat ini ada belasan saluran TV dengan skala cakupan siaran nasional dan puluhan atau bahkan ratusan stasiun TV lokal pada tiap wilayah. Semua berlomba menayangkan acara yang bisa meraup rating tertinggi, sehingga lupa akan kualitas acaranya. Hal ini semata hanya untuk meraup pendapatan dari iklan.

Sinetron singkatan dari Sinema Elektronik, merupakan salah satu acara TV yang paling disukai masyarakat marginal. Ada tiga televisi nasional yang setiap harinya (lima kali dalam sehari) menayangkan acara Sinetron, ambil contoh RCTI, SCTV dan Indosiar.

Namun pada umumnya sinetron-sinetron di Indonesia hanya menyajikan cerita yang wah di 10 episode pertama, selanjutnya jalan cerita mulai ngawur. Karena haus akan pendapatan serta rating, maka episode pun dipanjang-panjangkan. Memaksa masyarakat untuk duduk manis di depan televisi setiap harinya.

Beberapa ciri sinetron khas Indonesia yang kurang mendidik :

- Tokoh utama (protagonis) identik dengan gadis lemah yang tak berdaya
- Tokoh antagonis identik dengan mertua/rival kekasih yang sadis dengan akting yang berlebihan dan tidak wajar selayaknya penjahat normal.
- Semakin tokohnya menderita penuh tangisan semakin bagus.
- Kadang kalau cerita habis, dibuat cerita tambahan yang terkadang terlihat maksa.
- Tokoh utamanya dipilih yang ganteng & cantik saja
- Tidak sesuai dengan perilaku dan gaya hidup di daerah mana pun di Indonesia.
- Memperlihatkan dan mengumbar kemewahan duniawi.
- Kurang isi pesan/makna positif di balik cerita.
- Cerita dibuat berseri dengan akhir yang ngambang supaya yang nonton jadi gemes dan penasaran.
- Terkadang menyadur dari drama Asia di luar seperti India, Taiwan, Korea dan Jepang


Yang lebih memperihatinkan, terkadang penikmat acara-acara seperti ini biasanya bukan hanya kaum ibu-ibu tapi juga anak-anak, yang sepatutnya tidak menonton acara-acara tersebut.

Saya pribadi lebih suka menonton drama Asia, selain ceritanya rasional. Drama Asia masih menjunjung tinggi norma dan budaya dari negara mereka. Contoh : hormat kepada orang tua, bekerja keras, menjaga kehormatan diri, pantang menyerah dll.

Atau tayangan berita dan acara-acara petualangan.

Seandainya saja kita bisa lebih banyak belajar, bahwa televisi sebagai sarana informasi yang murah dan gampang diraih semua kalangan. Harus dikontrol lebih ketat. Hal ini yang dilakukan negara-negara maju di Asia baik itu di Cina, Korea selatan dan Jepang.

Komentar

  1. huahhhh...
    aku setuju banget...
    yuk boikot sinetron!!!
    tp sekedar ngasih pandangan yah :

    Sinetron itu bs hidup krn RATING. RATING yg tinggi membuat episode sinetron itu diperpanjang oleh stasiun TV. Sayangnya, lembaga RATING di negeri ini cuma ada 1 ; AC NIELSEN. Dan disinyalir tidak transparan dalam melakukan riset utk menentukan RATING suatu program. Ada dugaan Pihak Lembaga RATING ini bersekongkol dengan para pemilik rumah produksi, sehingga sinetron2 mereka tu bs dpt RATING yg bagus, supaya diperpanjang stasiun TV.

    Jadi inti permasalahannya adalah LEMBAGA RATING. dia bebas merilis rating suatu program tanpa diketahui bagaimana metode risetnya, jadi pemerintah (dlm hal ini KPI) harus melakukan Audit kepada lembaga rating, supaya kita jangan terus2an disuguhi acara2 jelek yang ber-Rating bagus. Gitu say...

    Salam kenal yah. keep blogging...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer