Barack Obama, pesonamu hanyalah ilusi

Jauh sebelum Indonesia bereforia dengan semua pemberitaan mengenai eratnya keterkaitan Indonesia dengan kandidat presiden Amerika Serikat berkulit hitam pertama.

Malam itu, seperti halnya akhir pekan lainnya. Aku habiskan bersama keluargaku untuk menikmati waktu bersama. Tepatnya di awal tahun 2007, malam minggu. Kami sekeluarga (yang kebetulan hadir semua), berencana untuk menghabiskan waktu mencari bacaan di satu-satunya Toko Buku yang agak lengkap yang berada di kotaku Bandar Lampung-Gramedia.

Sebuah buku menarik perhatianku, bersampul kuning gading dengan figur seorang pria kulit hitam bertubuh langsing. Menatap seraya tersenyum, judul besar terpampang “Barack Obama- Menerjang Harapan (dari Jakarta menuju Gedung Putih)”.

Tak munafik aku katakan, saat tangan ini terulur meraihnya, kata Jakarta-lah yang menarik hatiku pertama kalinya. Segera mata ini membaca uraian di belakang buku setebal 526 halaman itu. Aku berdecak kagum, wow…orang ini masuk termasuk muda, di usianya yang baru 46 tahun saat itu, Barack Obama menjadi kandidat wakil presiden terkuat dari Partai Demokrat untuk Pemilu Amerika tahun 2008. Setidaknya itu yang tertera di sinopsisnya.

Singkat cerita, aku memboyong buku itu segera. Membaca kata per kata, halaman demi halaman. Sebuah buku yang jujur disusun dengan apik oleh penulisnya pribadi-Barack Obama.

Tapi saat buku itu selesai, kesimpulan yang kuperoleh bahwa sebaik apapun tindakan dan perkataan serta pemikiran Obama. Diperuntukkan sebanyak-banyak kepentingan AS. Dan sedikit sekali menyinggung mengenai kepentingan dunia apalagi Indonesia.

Tak beberapa lama eforia mengenai Obama merambah ke seluruh pelosok dunia terutama Indonesia. Dan betapa besar harapan kita-masyarakat Indonesia atas terpilihnya Obama sebagai Presiden AS. Yang mana membuatku merasa miris.

Ya benar, wabah latah bukan cuma terjadi di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Akan tetapi apakah patut kita menaruh harapan yang begitu besar kepada Obama. Hal ini yang selalu aku pertanyakan dan aku utarakan.

Dan apa yang aku pikirkan itu benar adanya. Terbukti saat inagurasi (ya..aku tahu terlalu cepat untuk menghakimi Obama). Tapi apa yang menjadi isi Pidato Inagurasi Obama yang begitu mempesona, tapi isinya hanya seputar tentang kepentingan masyarakat dan Negara Amerika. Dan bagaimana meletakkan kebijakan untuk kepentingan AS di dunia.

Tak sedikit pun kata-kata dalam pidatonya menyinggung masalah Agresi Israel kepada Palestina. Terbunuhnya ribuan warga yang menjadi korban tak berdosa di Palestina.

Obama malah menggaris bawahi pidatonya mengecam Negara-negara muslim bahwa mereka dihargai dari apa yang mereka bangun, bukan apa yang mereka hancurkan. Ya tak ada yang salah dari kata-kata ini, tapi konotasi yang tersingkap seolah seluruh Negara Muslim adalah Negara pengahancur dan perusak, sepatutnya Obama berkaca kepada negaranya sendiri, bukankah AS merupakan Negara penghancur terbesar di Dunia (preman dunia).

Dan isu untuk segera menarik pasukan dari Irak namun menambah pasukan di Afganistan. Memperjelas bahwa AS hanyalah budak dari Zionisme Israel.

Obama oh Obama, akankah pesonamu adalah pasti, ataukah hanya sekedar Ilusi.

Pada akhirnya, kita sebagai Bangsa Indonesia tidak bisa terus bergantung dan berharap dari Negara lain. Saatnya Indonesia bangkit di segala sektor, menjadi Negara Adidaya baru. Menghantarkan perubahan yang lebih baik lagi bagi dunia.

Mengutip perkataan Pak Amien Rais untuk apa menunggu Hujan yang belum tentu datang, lebih baik berupaya bagaimana agar Indonesia menjadi Negara yang lebih Mandiri dan kokoh.

Dan teruntuk Obama, aku menanti perubahan apa yang bisa engkau bawa untuk dunia. Semoga pesonamu tak sekedar ilusi.

Komentar

  1. jujur..! pelantikan kemarin aku kecewa dengan obama, apa lagi mendengar pidatonya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer