Mengukur Diri

Akhir-akhir ini aku mulai malas menanggapi apa yg terjadi di sekitarku. Walau jujur terkadang tergoda untuk mengomentari atau menanggapi berita-berita yg tak henti lalu lalang di media massa. Atau menanggapi perilaku-perilaku aneh orang-orang yg terkadang bertentangan dengan pola pikirku.

Bukannya aku tak peduli, namun...lebih mengukur diri. Inginku bisa mebahas masalah politik, ekonomi, atau apapun isu yg sedang hangat saat ini. Namun saat aku bercermin, aku sadar kalo diriku masih kurang. Aku bukanlah ahli politik maupun ekonomi, dimana posisiku saat aku mengritik mereka.

Atau saat aku ingin menghujat para koruptor, aku sadar...terkadang dalam sadar maupun tidak. Aku mungkin masih melakukan tindakan itu. Korupsi waktu, tenaga bahkan uang ^^. Aku pun diam.

Atau saat aku ingin berkomentar dibidang agama, padahal pengetahuan agamaku masih kurang. Sungguh aku tak berani ^^.

Mungkin aku sebaiknya mengukur diri, karena aku sadari hal-hal minus dalam diriku masih banyak. Entah kapan aku bisa sampai di garis finish. Masih terlalu jauh. Semakin hari, aku merasa masih penuh kekurangan. Mungkin karena aku bodoh, hahaha... Mungkin karena aku tak berbakat....atau mungkin karena aku seharusnya diam.

Teringat pepatah : "Kenapa telinga lebih banyak daripada mulut? Karena seharusnya kita lebih banyak diam daripada berbicara."

Aku masih mengukur diri, sampai saatnya titik ukurku cukup pantas untuk berkomentar.

Komentar

  1. Ikut mengomentari dinamika sosial yg terjadi hari-hari ini mrp bentuk kepeduliaan kt thd sesama dan negara, diam bukanlah jln yg dpt memberi solusi thd kejahatan sosial yg dilakukan oleh org2 yg punya jbtn tinggi di negeri,,katakanlah walau itu pahit,,,semoga menjadi awal yg baik,,,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer